Selasa, 28 Oktober 2014

Alasan Manusia disebut Makhluk Sempurna

Manusia Sebagai Subjek Kebudayaan dan Alasan Mengapa manusia menciptakan Kebudayaan ( Masyarakat Indonesia Lupa dan Tak Tau Kebudayaannya Sendiri Seperti Apa?) Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain seperti binatang, ataupun tumbuhan adalah, manusia dibekali dengan akal dan pikirian yang berfungsi mengembangkan setiap hal yang mereka dapatkan atau mereka ketahui, dan itu nantinya dapat berguna bagi kelangsungan hidup mereka. Misalnya manusia dikasih sebongkah batu, begitupula binatang dikasih sebongkah batu. Yang akan terjadi jika batu itu ditangan manusia, maka batu itu bisa menjadi cobek atau ulek-ulek dan berbeda lagi batu yang ada di binatang. Batu di binatang, batu itu akan utuh menjadi sebuah batu saja, tidak mereka olah menjadi barang yang bisa mereka manfaatkan. Proses terjadinya sebongkah batu menjadi sebuah alat itulah yang disebut dengan proses berpikir manusia dan kegunaan dari akal manusia. Dari akal dan pikiran tidak hanya tercipta suatu barang yang bisa dimanfaatkan manusia, akan tetapi manusia juga menciptakan suatu sistem sosial yang mengatur kehidupan mereka kesehariannya. Misalkan dari zaman purbakala dahulu, sistem itu sudah ada di zaman itu, sistem yang paling sederhana adalah sistem pranata sosial manusia purba, yaitu selalu ada ketua suku yang memimpin dalam kelompok mereka. Sistem tersebut adalah bagian dari kebudayaan, dikemudian hari sistem itu selalu berkembang menjadi lebih kompleks lagi dengan seiring cara berpikir manusia yang semakin berkembang.







Pada dasarnya ada dua pokok persoalan tentang hakikat manusia. Pertama, telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Kedua, telaah tentang sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta hubungannya dengan fitrah manusia.
Ragam pemahaman tentang hakikat manusia, sbb:

1.      HOMO RELIGIUS


Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk yang beragam. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikit, bertindak, berusaha dan bisa manentukan mana yang baik dan benar. Disisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi ini.


2.      HOMO SAPIENS


Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan oleh manusia karena memiliki akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang, namun yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia memiliki daya pikir sehingga ia bisa berbicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.


3.      HOMO FABER:


Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya. Melalui kemampual dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditunjang oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan organisasi kemasyarakata menuju kehidupan yang lebih baik.


4.      HOMO HOMINI SOCIUS


Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia juga sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya. Ia senantisa berinteraksi dengan lingkungannya. Ia berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu masyarakat tertentu. Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan, ada yang menyebut manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah yang harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah membuktikan adanya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya hanya membuahkan derajat peradapan manusia semakin tercabik-cabik dan terhempaskan.


5.      Manusia sebagai makhluk etis dan estetis


Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapar memahami norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang memiliki cita, rasa, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.



sumber ide :

Hubungan Manusia dengan Kebudayaan

MANUSIA

Manusia  dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis,rohani dan istilah kebudayaan (secara campuran). Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens , sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup.
Dalam antgropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Menurut Abineno J.I Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".

BUDAYA

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
 Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Di dunia sosiologi manusia dengan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal,maksudnya walaupun keduanya berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang butuh, ketika manusia menciptakan kebudayaan, dan kebudayaan itu tercipta oleh manusia. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai Penganut kebudayaan, Pembawa kebudayaan, Manipulator kebudayaan, dan Pencipta kebudayaan itu sendiri.
Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni. Manusia dan seni memang tidak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya menjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan.

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
  1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
  2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
  3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
  4. Pembeda manusia dan binatang
  5.  Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
  6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
  7.  Sebagai modal dasar pembangunan.

Contoh sederhana dari hubungan manusia dengan budaya yang dapat kita  lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan (norma) kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv).
Sedangkan contoh hubungan antara manusia dengan kebudayaan atas dasar faktor kedaerahan dapat kita lihat dari adat istiadat suatu daerah. Misal,  Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar. Dan masih banyak lagi contoh-contoh hubungan manusia dan kebudayaan yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari.


sumber ide :
Dedi mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya.2006. Bandung. Remaja Rosdakarya
http://rendics.blogspot.com/2013/06/hubungan-manusia-dengan-kebudayaan.html