Manusia Sebagai Subjek
Kebudayaan dan Alasan Mengapa manusia menciptakan Kebudayaan ( Masyarakat
Indonesia Lupa dan Tak Tau Kebudayaannya Sendiri Seperti Apa?) Manusia adalah
makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaanNya
yang lain. Yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain seperti binatang,
ataupun tumbuhan adalah, manusia dibekali dengan akal dan pikirian yang
berfungsi mengembangkan setiap hal yang mereka dapatkan atau mereka ketahui,
dan itu nantinya dapat berguna bagi kelangsungan hidup mereka. Misalnya manusia
dikasih sebongkah batu, begitupula binatang dikasih sebongkah batu. Yang akan
terjadi jika batu itu ditangan manusia, maka batu itu bisa menjadi cobek atau
ulek-ulek dan berbeda lagi batu yang ada di binatang. Batu di binatang, batu
itu akan utuh menjadi sebuah batu saja, tidak mereka olah menjadi barang yang
bisa mereka manfaatkan. Proses terjadinya sebongkah batu menjadi sebuah alat
itulah yang disebut dengan proses berpikir manusia dan kegunaan dari akal
manusia. Dari akal dan pikiran tidak hanya tercipta suatu barang yang bisa
dimanfaatkan manusia, akan tetapi manusia juga menciptakan suatu sistem sosial
yang mengatur kehidupan mereka kesehariannya. Misalkan dari zaman purbakala
dahulu, sistem itu sudah ada di zaman itu, sistem yang paling sederhana adalah
sistem pranata sosial manusia purba, yaitu selalu ada ketua suku yang memimpin
dalam kelompok mereka. Sistem tersebut adalah bagian dari kebudayaan,
dikemudian hari sistem itu selalu berkembang menjadi lebih kompleks lagi dengan
seiring cara berpikir manusia yang semakin berkembang.
Pada dasarnya ada dua pokok persoalan tentang hakikat manusia. Pertama, telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Kedua, telaah tentang sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta hubungannya dengan fitrah manusia.
Ragam pemahaman tentang hakikat manusia, sbb:
Ragam pemahaman tentang hakikat manusia, sbb:
1. HOMO RELIGIUS
Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk yang beragam. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikit, bertindak, berusaha dan bisa manentukan mana yang baik dan benar. Disisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi ini.
2. HOMO SAPIENS
Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan oleh manusia karena memiliki akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang, namun yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia memiliki daya pikir sehingga ia bisa berbicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
3. HOMO FABER:
Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya. Melalui kemampual dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditunjang oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan organisasi kemasyarakata menuju kehidupan yang lebih baik.
4. HOMO HOMINI SOCIUS
Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia juga sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya. Ia senantisa berinteraksi dengan lingkungannya. Ia berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu masyarakat tertentu. Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan, ada yang menyebut manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah yang harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah membuktikan adanya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya hanya membuahkan derajat peradapan manusia semakin tercabik-cabik dan terhempaskan.
5. Manusia sebagai makhluk etis dan estetis
Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapar memahami norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang memiliki cita, rasa, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.
sumber ide :