Sabtu, 21 Mei 2016

Tugas III

A. Penyesuaian Diri & Pertumbuhan

1. Peneyesuaian Diri
W. A Gerungan (1996) menyebutkan bahwa peneysuaian diri  adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat iia bertugas. Sebaliknya jika individu berusaha mengubah lingkungannya sesuai dengan keinginannya sendiri , sifatnya adalah aktif (alloplastIis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-iu di desa untuk menyusui bayi sesuai dengan manajemen laktasi.
Menurut Ali & Asrori (2012:173-175), Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:

a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)
Dilihat dari latar belakang perkembanganya, pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologia, atau biologis. Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri hanya diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Akibatnya, adanya kompleksitas kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terabaikan. Pada hal, dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan, keberadaan 8 kepribadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan. (Ali & Asrori 2012).

b. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus dapat menghindar diri dari penyimpangan prilaku baik secara moral, sosial maupun emosional, Ali & Asrori (2012)

c. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merancang dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konfil-konfil, kesulitan dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain, penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dan mengembangkan diri sehingga dorongan emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.

2. Pertumbuhan Personal
Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Kita sebagai manusia akan selalu mengalami dua aspek pertumbuhan pribadi. Pada satu pihak, kita mempunyai irama dan bobot pertumbuhan pribadi yang sifatnya individual. Irama serta bobot pertumbuhan ini mungkin cepat mungkin lambat, mungkin sehat dan berlangsung secara baik dari tahap yang satu ke tahap lainnya, mungkin sangat menggembirakan dan menghasilkan suatu pribadi yang normal. Namun ada juga orang lain yang irama serta bobot pertumbuhannya kurang baik, kurang sehat, sehingga pribadi yang dihasilkan tidak normal

a. Penekanan Pertumbuhan, Penyesuaian Diri & Pertumubuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

b. Variasi dalam Pertumbuhan
Pertumbuhan pada manusia itu terdiri atas dua buah tahapan seperti yang telah saya jelaskan di atas, ke dua tahapan itu yaitu tahap pra kelahiran dan tahap pasca kelahiran. Dari masing masing tahap tersebut memiliki tahapan tahapan sendiri.

Yang pertama adalah tahap pra kelahiran, tahap pra kelahiran itu meliputi tiga buah tahapan yaitu :

  • Tahap tri semester pertama, pada tahapan ini dimulai sejak kandungan usia 3 bulan pertama. Dimana janin tersebut masih disebut dengan embrio
  • Tahap tri semester ke dua, pada tahap ini embrio sudah disebut sebagai janin. Karena               embrio tersebut telah mengalami perkembangan sel secara lebih sempurna.
  • Tahap tri semester ketiga, tahap ini janin telah berkembang dengan sangat sempurna. Janin sudah nampak terlihat seperti manusia dan akan terus mengalami perkembangan sampai saat akan terlahir ke dunia

Tahapan yang ke dua pada pertumbuhan manusia adalah tahap pasca kelahiran. Pada tahapan ini meliputi tahap balita atau anak anak, tahap remaja, tahap dewasa, dan tahap tua atau lansia.

c. Kondisi-kondisi untuk tumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

d. Fenomenologi Pertumbuhan
Belakangan, tindakan agresif pelaku kejahatan semakin sadis. Saat ini pertumbuhan remaja sudah tidak diawasi oleh orantua lagi. Orangtua sudah menganggap kalau teknologi dan zaman sudah berubah, sehingga mereka ercaya bahwa anak-anak akan belajar sendiri dari lingkungannya. Hal ini lah yang harus diluruskan. Seperti fenomena yang terjadi akhir-akhir ini tentang pemerkosaan oleh remaja yang sebetulnya masih belum memasuki masa dewasa. Psikolog Universitas Indonesia menilai pemerkosaan yang berujung pembunuhan sadis terhadap Enno Parihah (18) di Tangerang bukan kenakalan remaja kendati pelakunya masih remaja dan ada yang di bawah umur. Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menilai, pelaku bisa dijerat hukuman mati. Alasannya, apa yang dilakukan pelaku bukanlah dorongan anak-anak tetapi lebih pada dorongan seksual. Penyelesaian masalah kerap diambil dengan cara kekerasan dan seolah tidak ada pilihan lain. Hal semacam itulah yang kemudian dipelajari oleh pelaku kejahatan. Rasa empati, sayang, menghormati terhadap orang lain atau bahkan rasa berdosa sudah tidak tertanam. Kendati pelaku pembunuhan Enno masih ada yang berusia anak-anak, namun jalur hukum tetap menjadi rekomendasi. Bahkan, pelaku bisa dijerat pasal berlapis yaitu pemerkosaan dan pembunuhan.

B. Stress

1. Pengertian Stress
Mustafiet (2009) Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak bahaya atau sulit. Stress membuat tubuh memproduksi hormon adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri.

2. Efek Stress




3. Faktor Penyebab Stess

  • Faktor lingkungan

Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi.Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.

  • Faktor organisasi

Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja (Stressor) Karyawan
Stres kerja yang dialami seseorang dipengaruhi oleh faktor penyebab stres baik yang berasal dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan. Faktor penyebab stres kerja yang dibahas dalam penelitian ini hanya faktor organisasional, yakni faktor yang berasal dari dalam pekerjaan yang mencakup tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup organisasi.

Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan.Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.

  • Faktor pribadi

Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.

4. Tipe-tipe Stress

a. Stres baik
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan, pengalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan penuh energi.

b. Distres internal
Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres.

c, Distres akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tadi akan memicu timbulnya hiperstres.

d. Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat memicu tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres mungkin merasa tidak tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.

e. Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi untuk masalah.

5. Apakah Saya Pribadi Pernah Mengalami Stress? Bagaimana Saya Mengatasinya?
Pada dasarnya setiap manusia pasti pernah mengalami stess, entah itu dari tingkat yang ringan, sedang ataupun berat. Saya pribadi pun seorang manusia, berarti saya juga pernah mengalami stress. Stress yang saya alami biasanya dari ekonomi keluarga, yah saya kadang stress dengan tagihan uang kuliah saya. ditambah lagi saya juga bekerja sambil kuliah demi membayar uang kuliah. Untuk mengatasinya, biasanya saya mengingatkan diri saya pada Allah disertai usaha yang keras. Saya selalu berfikir. Allah itu maha besar, yang bahkan lebih besar dari pada masalah yang saya hadapi. Jadi saya percaya, bahwa Allah selalu ada dikala kita membutuhkannya untuk memecahkan masalah kehidupan kita. Allah memberikan kita cobaan, tapi Allah juga memberikan kita jalan keluar dari cobaanya itu. Yang penting berusaha. Itulah prinsip saya

Sumber

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan.  Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Basuki,Heru.(2008).Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
(2013). Universitas Gorontalo. Skripsi http://eprints.ung.ac.id/6265/5/2013-2-2-86201-111410072-bab2-24022014120929.pdf
http://www.informasi-pendidikan.com/
http://metro.sindonews.com/read/1109894/170/psikolog-pembunuhan-enno-tidak-termasuk-kenakalan-remaja-1463658587t
Mustafiet, A. K. (2009). Takdir 13 Skala Richter. Tangerang: PT. Agro Media Pustaka
Sutanto, Jusuf. (2010). T'AI CHI; The Great Harmony. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
https://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://health.kompas.com/read/2013/06/26/1256093/5.Jenis.Stres.yang.Perlu.Anda.Tahu