A. Penyesuaian Diri &
Pertumbuhan
1. Peneyesuaian Diri
W. A Gerungan (1996) menyebutkan
bahwa peneysuaian diri adalah mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan
sifatnya pasif (autoplastis),
misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma
dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat iia bertugas. Sebaliknya
jika individu berusaha mengubah lingkungannya sesuai dengan keinginannya
sendiri , sifatnya adalah aktif (alloplastIis),
misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-iu di desa untuk
menyusui bayi sesuai dengan manajemen laktasi.
Menurut Ali & Asrori
(2012:173-175), Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah
adjustment atau personal adjustment. Penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga
sudut pandang, yaitu:
a. Penyesuaian diri sebagai
adaptasi (adaptation)
Dilihat dari latar belakang
perkembanganya, pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi
(adaptation). Padahal adaptasi ini lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam
arti fisik, fisiologia, atau biologis. Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri
hanya diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan
keadaan fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Akibatnya, adanya
kompleksitas kepribadian individu serta
adanya hubungan kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terabaikan. Pada
hal, dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan
yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan, keberadaan 8
kepribadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan. (Ali & Asrori
2012).
b. Penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity)
Dengan memaknai penyesuaian diri
sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan
mendapat tekanan kuat untuk harus dapat menghindar diri dari penyimpangan
prilaku baik secara moral, sosial maupun emosional, Ali & Asrori (2012)
c. Penyesuaian diri sebagai usaha
penguasaan (mastery).
Usaha penguasaan (mastery), yaitu
kemampuan untuk merancang dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara
tertentu sehingga konfil-konfil, kesulitan dan frustasi tidak terjadi. Dengan
kata lain, penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dan mengembangkan
diri sehingga dorongan emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.
2. Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia disebut
sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya
sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang
khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik
terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu
tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit
demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Pertumbuhan adalah proses yang
mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof.
Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang
terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi
sebelumnya.
Kita sebagai manusia akan selalu
mengalami dua aspek pertumbuhan pribadi. Pada satu pihak, kita mempunyai irama
dan bobot pertumbuhan pribadi yang sifatnya individual. Irama serta bobot
pertumbuhan ini mungkin cepat mungkin lambat, mungkin sehat dan berlangsung
secara baik dari tahap yang satu ke tahap lainnya, mungkin sangat
menggembirakan dan menghasilkan suatu pribadi yang normal. Namun ada juga orang
lain yang irama serta bobot pertumbuhannya kurang baik, kurang sehat, sehingga
pribadi yang dihasilkan tidak normal
a. Penekanan Pertumbuhan,
Penyesuaian Diri & Pertumubuhan
Pertumbuhan adalah perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi,
pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan
ukuran dan struktur biologis.
b. Variasi dalam Pertumbuhan
Pertumbuhan pada manusia itu
terdiri atas dua buah tahapan seperti yang telah saya jelaskan di atas, ke dua
tahapan itu yaitu tahap pra kelahiran dan tahap pasca kelahiran. Dari masing
masing tahap tersebut memiliki tahapan tahapan sendiri.
Yang pertama adalah tahap pra
kelahiran, tahap pra kelahiran itu meliputi tiga buah tahapan yaitu :
- Tahap tri semester pertama, pada tahapan ini dimulai sejak kandungan usia 3 bulan pertama. Dimana janin tersebut masih disebut dengan embrio
- Tahap tri semester ke dua, pada tahap ini embrio sudah disebut sebagai janin. Karena embrio tersebut telah mengalami perkembangan sel secara lebih sempurna.
- Tahap tri semester ketiga, tahap ini janin telah berkembang dengan sangat sempurna. Janin sudah nampak terlihat seperti manusia dan akan terus mengalami perkembangan sampai saat akan terlahir ke dunia
Tahapan yang ke dua pada
pertumbuhan manusia adalah tahap pasca kelahiran. Pada tahapan ini meliputi tahap balita atau anak anak, tahap remaja,
tahap dewasa, dan tahap tua atau lansia.
c. Kondisi-kondisi untuk tumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa
dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi
tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara
tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf
yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan
diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah
merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem
saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian
diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar,
dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan
kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf
bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan
dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
d. Fenomenologi Pertumbuhan
Belakangan, tindakan agresif
pelaku kejahatan semakin sadis. Saat ini pertumbuhan remaja sudah tidak diawasi
oleh orantua lagi. Orangtua sudah menganggap kalau teknologi dan zaman sudah
berubah, sehingga mereka ercaya bahwa anak-anak akan belajar sendiri dari
lingkungannya. Hal ini lah yang harus diluruskan. Seperti fenomena yang terjadi
akhir-akhir ini tentang pemerkosaan oleh remaja yang sebetulnya masih belum
memasuki masa dewasa. Psikolog Universitas Indonesia menilai pemerkosaan yang
berujung pembunuhan sadis terhadap Enno Parihah (18) di Tangerang bukan
kenakalan remaja kendati pelakunya masih remaja dan ada yang di bawah umur. Psikolog Universitas Pancasila
(UP) Aully Grashinta menilai, pelaku bisa dijerat hukuman mati. Alasannya, apa yang
dilakukan pelaku bukanlah dorongan anak-anak tetapi lebih pada dorongan
seksual. Penyelesaian masalah kerap diambil dengan cara kekerasan dan seolah tidak ada pilihan lain. Hal semacam
itulah yang kemudian dipelajari oleh pelaku kejahatan. Rasa empati, sayang,
menghormati terhadap orang lain atau bahkan rasa berdosa sudah tidak tertanam. Kendati
pelaku pembunuhan Enno masih ada yang berusia anak-anak, namun jalur hukum
tetap menjadi rekomendasi. Bahkan, pelaku bisa dijerat pasal berlapis yaitu pemerkosaan dan pembunuhan.
B. Stress
1. Pengertian Stress
Mustafiet (2009) Stress adalah reaksi
tubuh terhadap situasi yang tampak bahaya atau sulit. Stress membuat tubuh
memproduksi hormon adrenaline yang
berfungsi untuk mempertahankan diri.
2. Efek Stress
3. Faktor Penyebab Stess
- Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan
organisasi.Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi,
misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir
ekonomi akan memburuk.
- Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan
stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam
waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan
tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di
antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas,
peran, dan antarpribadi.
Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja (Stressor) Karyawan
Stres kerja yang dialami seseorang dipengaruhi oleh faktor
penyebab stres baik yang berasal dari dalam pekerjaan maupun dari luar
pekerjaan. Faktor penyebab stres kerja yang dibahas dalam penelitian ini hanya
faktor organisasional, yakni faktor yang berasal dari dalam pekerjaan yang
mencakup tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antarpribadi,
struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup organisasi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan
seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi
kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang
terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan
kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan
yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan
kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam
organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan
atau dipenuhi. Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh
karyawan.Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk
dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan
sosial yang tinggi.
- Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah
ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri
seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam
hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan
anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak
daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan
dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi
yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum
memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres
yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada
kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren
untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan
ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah
sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada
pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
4. Tipe-tipe Stress
a. Stres baik
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif.
Bahkan, pengalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan
atau pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya
baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini juga dapat membuat
banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati proses
mencapainya dengan penuh energi.
b. Distres internal
Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe
stres negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang
tidak terduga dan tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa
aman sehingga apabila rasa tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres.
c, Distres akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang
dipicu oleh peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik
terjadi ketika seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe
stres tadi akan memicu timbulnya hiperstres.
d. Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga
dapat memicu tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan
"ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan kebosanan yang
ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres mungkin merasa tidak tertantang,
tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat memicu
perasaan depresi dan kesia-siaan.
e. Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat
membuat tubuh menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi
siap untuk menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres
ini dapat membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya
menemukan solusi untuk masalah.
5. Apakah Saya Pribadi Pernah Mengalami Stress? Bagaimana Saya Mengatasinya?
Pada dasarnya setiap manusia pasti pernah mengalami stess, entah itu dari tingkat yang ringan, sedang ataupun berat. Saya pribadi pun seorang manusia, berarti saya juga pernah mengalami stress. Stress yang saya alami biasanya dari ekonomi keluarga, yah saya kadang stress dengan tagihan uang kuliah saya. ditambah lagi saya juga bekerja sambil kuliah demi membayar uang kuliah. Untuk mengatasinya, biasanya saya mengingatkan diri saya pada Allah disertai usaha yang keras. Saya selalu berfikir. Allah itu maha besar, yang bahkan lebih besar dari pada masalah yang saya hadapi. Jadi saya percaya, bahwa Allah selalu ada dikala kita membutuhkannya untuk memecahkan masalah kehidupan kita. Allah memberikan kita cobaan, tapi Allah juga memberikan kita jalan keluar dari cobaanya itu. Yang penting berusaha. Itulah prinsip saya
Pada dasarnya setiap manusia pasti pernah mengalami stess, entah itu dari tingkat yang ringan, sedang ataupun berat. Saya pribadi pun seorang manusia, berarti saya juga pernah mengalami stress. Stress yang saya alami biasanya dari ekonomi keluarga, yah saya kadang stress dengan tagihan uang kuliah saya. ditambah lagi saya juga bekerja sambil kuliah demi membayar uang kuliah. Untuk mengatasinya, biasanya saya mengingatkan diri saya pada Allah disertai usaha yang keras. Saya selalu berfikir. Allah itu maha besar, yang bahkan lebih besar dari pada masalah yang saya hadapi. Jadi saya percaya, bahwa Allah selalu ada dikala kita membutuhkannya untuk memecahkan masalah kehidupan kita. Allah memberikan kita cobaan, tapi Allah juga memberikan kita jalan keluar dari cobaanya itu. Yang penting berusaha. Itulah prinsip saya
Sumber
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Basuki,Heru.(2008).Psikologi
Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
(2013). Universitas Gorontalo.
Skripsi http://eprints.ung.ac.id/6265/5/2013-2-2-86201-111410072-bab2-24022014120929.pdf
http://www.informasi-pendidikan.com/
http://metro.sindonews.com/read/1109894/170/psikolog-pembunuhan-enno-tidak-termasuk-kenakalan-remaja-1463658587t
Mustafiet, A. K. (2009). Takdir 13 Skala Richter. Tangerang: PT. Agro Media Pustaka
Sutanto, Jusuf. (2010). T'AI CHI; The Great Harmony. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
https://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://health.kompas.com/read/2013/06/26/1256093/5.Jenis.Stres.yang.Perlu.Anda.Tahu
https://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://health.kompas.com/read/2013/06/26/1256093/5.Jenis.Stres.yang.Perlu.Anda.Tahu