Tugas kepribadian sehat menurut:
1. Aliran Humanistik
Aliran Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran
Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon
Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Menurut aliran humanistik kepribadian
yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam
dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk
pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai
yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif. Ciri
dari kepribadian sehat adalah pengaktualisasian diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia
adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia
untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk
menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan
diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam
mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal.
2. Pendapat Allport
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan
kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang
“diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang
akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk
sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.
Proprium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang
atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari
hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang
individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport
menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi
melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul
sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam suatu konsep proprium.
Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium
merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu
perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan
dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama
perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya
bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam
jari-jarinya.
Identitas diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah
perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung
terus sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa
bayangan dalam cermin adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya
kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan
dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
Harga diri. Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah
timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu
hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport
percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan,
apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan
harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina
dan marah.
Perluasan diri (self extension). Tingkat perkembangan diri
berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai
menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa
beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “kepunyaanku”,
ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas dirinya, untuk
memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi,
nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri. Gambaran diri berkembang pada tingkat
berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya
tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara
orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya
mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi
itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua,
anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk
perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai sekolah,
diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan
baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih
penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan
intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan
menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan proprium (propriate striving). Dalam masa
adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat terakhir tingkat
terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa masa
adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam
mencari identitas diri yang baru, segi yang sangat penting dari pencarian identitas
ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk
pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian
jangka panjang.
Lalu ada tujuh Kriteria Kepribadian yang Matang menurut
Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat:
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau
banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian
diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang
harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini
“pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang
penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Semakin
seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide,
maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam
aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi perluasan perasaan diri.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan
dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan
terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman
(cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh
kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang
berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan
identitas diri yang berkembang dengan baik. Perasaan terharu, tipe kehangatan
yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan
kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk
memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan
kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul
melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan
pada umumnya.
3. Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima
emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi
mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas
antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih
konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja
yang dominant pada saat itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau
kebencian. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport
“sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran,
tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang
berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara
objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya
jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas.
Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang
memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin
menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan
mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey
Cushing, ahli badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan
kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
6. Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri
yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka
pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang
objektif.Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification)
yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas
pribadinya yang negatif kepada orang lain.
7. Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian
yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan
bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi
perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut
berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak
matang atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak,
penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa
kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu
perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.
3. Pendapat Carl Rogers
·
Perkembangan Kepribadian “Self”
Self atau self concept adalah konsep menyeluruh yang
terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku
dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan konsep orang mengenai dirinya
sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri
dalam berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan
interpersonal.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self,
sehingga dapat dikatakan self merupakan struktur kepribadian yang sebenarnya.
Carl Rogers mendeskripsikan the self
atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
- Real Self adalah keadaan diri individu saat ini.
- Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan
self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada saat dimana self berada
pada keadaan inkongruen, kongruensi self
ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang
kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi
“self I” dan “self me” sesuai dengan
realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak antara
keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar ketidaksebidangan,
maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan dan jika tidak mampu maka
akan terjadi ingkongruensi atau mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda
memiliki ideal selfsebagai orang yang memiliki bentuk tubuh ideal serta
memiliki prestasi yang tinggi dibanding teman –teman anda, tetapi nyatanya real
self anda adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta
prestasi anda adalah rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada
kesenjangan antara real self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Peranan Positive Regard Dalam Pembentukan
Kepribadian
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan,
penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan
diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu.
Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2
yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard
(tak bersyarat).
- Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya Teori Kepribadian Carl R. Rogers Halaman 4 (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
- Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
·
Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang
berfungsi penuh:
1. Keterbukaan pada pengalaman
Bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan
defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang
diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka
kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapanungkapan baru.
2. Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun
memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya
terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa
benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan
yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
4. Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis,
semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
5. Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak dengan bebas
dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan
kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.
4. Pendapat Maslow
Kepribadian Sehat Menurut Maslow
Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri
adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tadi tela disebutkan, yaitu memuaskan
hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan
akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri.
Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi
diri.
Kita juga tidak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut
dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat membutuhkannya dalam waktu yang
berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat penting yang akan dirasakan pada saat
bersamaan dan dalam setiap momen tertentu.
Selain itu
kepribadian yang sehat menurut maslow adalah individu yang berhasil
mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan ke dalam diri sendiri, tetapi bisa
diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan
perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan
diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui
hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga menyatakan bahwa
pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang
yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik
mental maupun fisik.
Perbedaan "Meta needs dan Defiency Needs"
Meta needs adalah Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah merupakan kebutuhan yang paling tinggi, dan memiliki kebutuhan akan dorongan untuk berkembang. Karena pada dasarnya menurut Maslow, orang yang mengaktualisasi dirinya tidak berjuang, tapi mereka berkembang, sedangkan Deficiency needs (kebutuhan dasar dari manusia) adalah dorongan untuk membereskan kekurangan dalam organisme
Ciri-ciri Actualized People
1. Mengamati Realitas Secara Efisien
Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan
orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang lain,
mereka tidak memandang dunia dari apa yang mereka butuh saja, tapi bagaimana
seadanya, dengan cara ini mereka pun mampu menemukan dengan cepat penipuan dan
ketidakjujuran.
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri
mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas
kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banyak memikirkannya. Meskipun
individu-individu yang sangat sehat ini memiliki kelemahan-kelemahan atau
cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap
hal-hal tersebut. Mereka menerima kodratnya sebagaimana adanya
3. Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Pengaktualisasian diri bertingkah laku secara terbuka dan
langsung tanpa berpura-pura. Kita dapat mengatakan bahwa orang-orang ini
bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat mereka. Dalam situasi
dimana ungkapan perasaan yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang lain,
atau dimana hal tersebut tidak penting, maka untuk sementara mereka mengekang
persaaan-perasaan itu. Jadi, mereka tidak sengaja menjadi tidak konvensional
atau memberontak, mereka tidak mau mencari kesenangan dalam mencemoohkan dengan
sengaja aturan-aturan dan adat-adat sosial. Akan tetapi
dalam situasi di mana menaruh hormat kepada kebiasaan sosial mengganggu apa
yang dianggap penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak ragu menentang
kebiasaan tersebut. Lagi pula mereka sendiri adalah wajar dan sederhana, merasa
yakin dan aman, serta tidak konvensioanal dengan tidak bersikap agresif dan
memberontak.
4. Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan
mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok untuk mereka, pekerjaan
mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan. Tentu, sesuatu yang harus
mereka lakukan tidak semata-mata suatu pekerjaan untuk mendapat penghasilan. Mereka
senang melakukan pekerjaan mereka meskipun mereka sebenarnya tidak lagi
membutuhkan pendapatan dari pekerjaan itu.
5. Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang-orang
yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan
dan kesunyian. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain untuyk kepuasan
mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah.
Tingkah laku dan perasaan meeka sangatt egosentris dan terarah kepada dir
mereka sendiri.Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya snagat emosional
tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka tidak mampu menghasilkan
untuk diri mereka.
6. Berfungsi secara Otonom
Erat hubungannya dengan kebutuhan akan privasi dan
independensi ialah preferensi dan kemampuan pengaktualisasian diri untuk
berfungsi secara otonom terhadap lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian
yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi
menaklukan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Mereka
mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang dilihat oleh
orang-orang yang kurang sehat sebagai malapetaka.
7. Apresiasi yang Senantiasa Segar
Menghargai pengalaman-pemgalaman tertentu bagaimanapun
seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar,
perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus atau menyegarkan
terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai akibatnya, mereka merasa
kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih terhadap apa yang mereka miliki
dan dapat mereka alami.
8. Pengalaman-pengalaman Mistik atau "Puncak"
Dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengalami
ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama
seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam. Maslow menunjukan bahwa
tidak semua pengalaman puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman-pengalaman
yang ringan. Pengalaman-pengalaman yang ringan ini kadang-kadang dapat terjadi
pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki
pengalaman-pengalaman puncak lebih sering dari pada orang-orang biasa, dan
mungkin sering kali terjadi setiap hari.
9. Minat Sosial
Pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan afeksi
yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk
membantu kemanusiaan. Mereka adalah anggota dari satu keluarga (manusia) dan
memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan setiap anggota lain dalam keluarga.
Orang-orang yang sehat mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal-hal dengan
lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahamii
hal-hal itu dengan lebih jelas. Mereka mungkin kerap kali merasa tertekan atau
marah karena tingkah laku orang-orang lain yang bodoh, lemah, atau kasar tetapi
mereka cepat memahami dan memaafkannya.
10. Hubungan Antar Pribadi
Mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang
lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa. Mereka
memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam, dan
identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain.
11. Struktur Watak Demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa
memperhatkan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama,
ras, atau warna kulit. Mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari dari
siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
12. Perbedaan anatara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri membedakan dengan jelas
antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita- cita jauh lebih
penting daripada sarana untuk mencapainya. Pengaktualisasi-pengaktualisasi juga
sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.
13. Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang-orang yang kurang sehat menertawakan 3 macam humor,
humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa sakit, humor superioritas
yang mengambil keuntungan dari rasa rendah diri dari orang lain atau kelompok
dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi
Oedipus atau percakapan cabul. Humor pengaktualisasi-pengaktualisasi diri
bersifat filosofis, humor yang menertawakan manusia, pada umumnya, tetapi bukan
kepada seseorang yang khusus. Humor ini kerap kali bersifat intruktif, yang
dipakai langsung kepada hal yang dituju dan juga menyimpulkan tertawa.
14. Kreativitas
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang diharapkan seseorang
dari pengaktualisasi-pengaktualisaasi diri mereka adalah asli, inventif, dan
inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni.
Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan
psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi
terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu
karya seni.
15. Resistensi terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasi–pengaktualisasi diri dapat berdiri sendiri
atau pun otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh social, untuk
berpikir atau bertindak menurut cara-cara tertentu. Mereka mempertahankan
otonomi batin, tidak terpengaruh oleh kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri
mereka bukan oleh orang lain. Suatu masyarakat tidak sehat atau sakit menciptakan
permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya, dan
menghalangi pertumbuhan yang terjadi dalam setiap individu.
5. Pendapat Fromm
Pengertian Dasar Teori Fromm
Fromm melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Faktor kunci adalah bagaiaman suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Kepribadian Sehat Menurut Fromm
Source:
Pengertian Dasar Teori Fromm
Fromm melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Faktor kunci adalah bagaiaman suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Kepribadian Sehat Menurut Fromm
Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi
produktif, yakni suatu konsep yang
serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang
mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang
sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata
“orientasi”, Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi
pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual,
emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri.
Empat segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat
membantu menjelaskan apa yang dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif.
Keempat segi tambahan itu adalah cinta yang produktif, pikiran yang produktif,
kebahagian dan suara hati.
Cinta yang produktif adalah suatu hubungan manusia yang
bebas dan sederajat dimana rekan-rekan dapat mempertahankan individualitas
mereka. Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu dalam
prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Kita tidak “jatuh” dalam cinta;
kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta yang produktif menyangkut empat
sifat yang menantang – perhatian, tanggung jawab, respek, dan pengetahuan.
Pikiran yang produktif
meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang
produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir
yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
Kebahagian adalah suatu bagian integral dan hasil kehidupan
yang berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagian itu menyertai seluruh
kegiatan produktif. Fromm menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan
bukti bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian
merupakan prestasi kehidupan yang paling luhur.
Fromm membedakan dua tipe suara hati, yakni suara hati otoriter dan
suara hati humanistis. Suara hati otoriter adalah penguasa yang berasal dari
luar yang di internalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Sedangkan
suara hati humanistis ialah suara dari dalam diri dan bukan juga dari suatu
perantara dari luar diri. Pendoman kepribadian sehat untuk tingkah laku
bersifat internak dan individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang
cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyikapi seluruh kepribadian, tingkah
laku-tingkah laku yang menghasilkan seluruh persetujuan dan kebahagian dari
dalam. Kesehatan jiwa dalam pandangan Fromm di tetapkan oleh masyarakat, karena
kodrat struktur sosial membantu atau menghalangi kesehatan psikologis. Apabila
masyarakat-masyarakat yang sakit, maka satu-satunya cara untuk mencapai
orientasi produktif ialah dengan hidup dalam suatu masyarakat yang waras dan
sehat, yaitu masyarakat yang memajukan produktivitas.
Ciri-ciri Kepribadian Sehat
Menurut Fromm, orang yang demikian mencintai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sehat dan berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, adalah gambaran dari orang yang memiliki kepribadian sehat. Tujuan hidup seorang pribadi adalah
keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa
kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is being, not having and
using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam
masyarakat,
2) Mampu mencintai dan dicintai,
3) Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi
kepercayaan itu,
4) Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
5) Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa
merusaknya
6) Memiliki watak sosial yang produktif.
Source:
Baihaqi, MIF. (2008). Psikologi
Pertumbuhan, Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Hlm. 4-6.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi
Pertumbuhan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda.
Frank G. Goble. (1994). Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham
Maslow.Yogyakarta: Kanisius.
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26404/Materi+09+-+TeoriKepribadianCarlRogers.pdf
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26402/Materi+07+-+TeoriAbrahamMaslow.pdfNPM: 17514074